Just expression and quotes of my life.

Senin, 07 Mei 2012

Ketika Cinta Itu Benar-benar Ada

“yah gimana nih, ini motornya Toro.” Ucap Riri dengan panik.

Sore itu Riri bersama Alya dan Yaya dating ke sekolahnya untuk melihat ekskul suffle. Namun Toro ternyata ada disekolah itu, dia berlatih dan mengajar taekwondo di sekolah itu.
Bella, dia adalah teman dari Riri.

“bel ada Toro didalem kelas?” ucap Riri dengan takut.
“iya ada, ini handphone nya sama gue.” Balas bella.
“sinih hp nya gue mau liat-liat isinya, plis bel.” Balas Riri dengan memohon.
Akhirnya handphone Toro ada ditangan Riri. Dan sungguh kecewanya dia saat membaca semua massage di hp Toro. Semua berisi massage dari perempuan. Perempuan lain selain Riri, termasuk massage dari okta. Okta adalah seorang perempuan yang saat ini sangat dekat dengan Toro. Riri hanya terdiam, sedih, kecewa, kesal, marah, ingin menangis tapi semua tertahan oleh rasa yang dimiliki nya kepada Toro.

“ri mana hp nya? Udah ditanyain tuh, nanti dia marah sama gue.” Ucap bela dengan ketakutan.
“iya tunggu sebentar.” Balas Riri dengan mata berkaca-kaca.

Toro telah berada di depan kelas menunggu hp nya. Bella sibuk ketakutan Toro akan marah pada nya. Tapi Riri yang berada diruangan BK, yang tidak terlihat oleh pandangan Toro tiba-tiba menampakan dirinya dihadapan Toro dan memberikan hp itu kepada bela.
Riri berlari menuju kantin sekolah. Cepat, sangat cepat, menahan semua rasa emosinya, menahan hati yangtergores, menahan bendungan air matanya yang sudah tak sanggup ia bendung lagi.
Toro kaget dengan kejadian itu. Ia cepat pergi meninggalkan sekolah itu.
Dan ketika Toro telah pergi, Riri dan teman-teman nya menghampiri Bella dan Ka Atika, seseorang kakak kelas Riri untuk bertanya apa yang dikatakan Toro setelah kejadian itu.

“bel Toro bilang apa?” ucap bella dengan lemah dan tatapan kosong.
“dia bilang dia lemes pas tau hp nya ada di lo, dia marah sama gue.” Ucap bella dengan panik.
“Tuhan mungkin udah ngerencanain semua ini buat gue.” Balas Riri dengan penuh senyuman dan mata yang berkaca-kaca.
“yaudahlah diemin aja, cari yang lain.” Balas Yaya dengan kesal.
“Iya, Toro emang kaya gitu kali. Udahlah masih banyak yang lain, kaya cowo Cuma 1 satu aja.” Ikut ka Atika membalas.
“Iya Ri dia itu orangnya sama kaya yefta. Satu spesies. Jago gombal.” Ucap bella.
“udah berdoa aja semoga karma bakalan nunjukin apa yang lo rasain Ri.” Ucap Alya dengan diakhiri senyuman.
Riri hanya terdiam, merundukan wajah yang telah terbanjiri oleh air mata.
Hari semakin sore. Riri dan yang lain nya memutuskan untuk meninggalkan sekolah.

Keesokan harinya saat disekolah Riri kelihatan murung, mata yang sembab karena terlalu banyak menangis, dan lemah seperti orang tak benyawa.
Bagaimana tidak, seseorang yang dia cintai melakukan hal itu kepadanya, bermesraan dengan perempuan lain. Ini bukan pertama kalinya Riri mengalami sakit hati karena Toro, mungkin ini sudah ke yang sekian kali nya untuk Riri.
Toro memang bukan siapa-siapa Riri saat ini, hanya seorang mantan kekasih. Riri memang yang salah karena masih mengharapkan Toro. Tapi Riri masih mempunyai janji kepada Toro sebelum mereka mengakhiri hubungannya sebagai kekasih, janji untuk tetap setia pada Toro sampai ia lulus SMA. Riri memang selalu ingat pada janji itu, selalu dan takan pernah terlupa!

“Riri yang gue tau adalah Riri yang ceria, jail, dan suka tersenyum. Bukan riri yang kaya gini.” Ucap Rida dengan semangat.
Hari itu Riri memang sangat buruk, sangat berbeda.
Air mata selalu membasahi wajahnya, tangan nya bergetar, jantung berdetak kencang, dan suara tangisan kecil nya yang selalu tertahan.
Dengan suara seperti orang yang kian lama kian habis Riri mengatakan
“Cinta yang pertama buat gue adalah Toro. Sesuatu yang indah buat gue adalah Toro. Gue lagi mencoba belajar untuk tetap ngertiin dia. Ngerti dan belajar nerima sifatnya. Gue mungkin bego karena masih setia sama dia, tapi selagi gue mampu gue berusaha, selagi kata sayang masih ada, gue tetep ada buat dia. Kita ga perlu pergi ninggalin orang yang kita sayang kalo emang hati berkata “tak sanggup”. Selagi masih mampu kenapa kita ga mencoba untuk tetap bertahan?. Gue bakalan selalu ada buat dia, walaupun hati gue bakalan bener-bener ilang karnanya. Gue iklas! Iklas walaupun dia bukan sama gue!.” Ucap Riri dengan diakhiri senyuman kecil.
Rida hanya terdiam setelah mendengar itu, begitupun anak-anak yang ada dikelas tersontak diam. Tak ada suara sepelan apapun setelah jawaban Riri terlontarkan.

Semakin hari Riri semakin bisa menerima kepergian Toro, karena setelah kejadian itu Riri dan Toro lost contact. Toro memutuskan untuk mendiamkan Riri, sedangkan Riri orang yang tersakiti masih berusaha agar semua kembali dan memaafkan Toro dengan mudahnya.
Riri tersenyum walau sebenarnya itu adalah tangisan.

“alhamdulilah yah lo sekarang udah ga pernah nangis ataupun murung lagi. Senyum terus. Sesuatu banget loh.” Ucap seorang teman kelasnya yang bermaksud untuk mengejeknya.
“terpuruk dalam kesedihan boleh, selama apapun itu. Tapi ga selamanya lo tunjukin kesedihan lo ke semua orang. Biar ornag lain hanya tau tersenyum bahagia setiap harinya, biar mereka tau lo itu kuat. Walau sebenernya hati lo rapuh, sunyi, sedih, kecewa. Cukup hati dan Yang menciptakan hati lo yang tau sebenernya.” Jawab Riri dengan penuh senyuman.

Pagi itu pagi yang cerah, indah. Riri tak pernah seceria hari ini, hingga sepanjang hari ia selalu tersenyum, bercanda riang, dan menikmati dunia ini tanpa Toro dipikiran nya.
Dan ketika keesokan harinya Riri mendengar kabar buruk tentang Toro. Toro kecelakaan!
Riri terburu-buru menuju rumah sakit setelah mendengar kabar itu.

Dan ketika ia sampai di rumah sakit, di ruang tempat Toro dirawat…………..

“maaf ka aku baru jenguk kaka, aku baru tau.” Ucap Riri dengan cemas.
“ini siapa? Okta?” balas Toro dengan wajah penasaran.
Riri terdiam heran dengan jawaban itu. Terpikir sejuta pertanyaan apa yang terjadi pada Toro.
“Toro buta! Sekarang ia hanya bisa menunggu seseorang berhati malaikat yang mengiklaskan matanya untuk Toro.” Ucap seseorang yang baru masuk dari luar.

Kaget, sedih, tidak tega, ingin menjerit, ingin menangis, dan ingin berlari menyendiri. Itu yang dirasakan Riri setelah mendengar itu.
Toro semakin bertanya-tanya siapakah orang yang ada dihadapan nya.
Riri tersontak memeluk Toro lalu mengatakan
“jika kamu ingat akan pelukan ini maka kamu akan tau siapa aku. Aku selalu disamping mu ka.” Ucap Riri dengan diiringin tetesan air mata.
Toro hanya terdiam, tak berbicara apapun.

Keesokan harinya saat Riri berjalan untuk menjenguk Toro, tak jauh dari ruangan itu ia bertemu dengan Okta bersama seorang laki-laki yang berjalan disampingnya.
Riri hanya melirik okta lalu melanjutkan perjalan ke ruangan Toro.
Dan setelah sampai diruang Toro, ternyata Toro hanya sendiri diruangan nya. Memecahkan dan meruntuhkan segala yang ada di dekat nya, berteriak seperti orang kerasukan, dan wajah yang telah dibasahi oleh air mata.

“ka kamu kenapa?” Tanya Riri dengan lemah dan dengan mata yang berkaca-kaca.
“Okta ninggalin aku. Dia pergi dan lebih milih cowok lain karena aku buta. Aku benci, kenapa Tuhan ngabuat aku kaya gini.” Balas Toro dengan suara kasar penuh emosi.
“kaaaa….” Riri membalasnya dengan suara kecil dan lemah kemudian memeluk Toro sambil menangis.
“aku tau ini berat buat kaka. Ini mungkin cara Tuhan biar kaka lebih menghargai apa yang udah kaka milikin. Kaka cinta sama Okta? Aku bakalan berusaha semampu aku biar dia balik lagi ke kaka kalo itu yang kaka mau. Kaka cukup sabar aja. Pasti nanti aka ada seseorang yang mengiklaskan matanya untuk kaka. Aku tau kaka bisa.” Ucap Riri dengan disertai tangisan kecil.

Seketika itu Riri melepaskan pelukan nya, pergi meninggalkan Toro, dan keluar dari ruangan itu untuk mengejar Okta yang mungkin belum berjalan terlalu jauh.

“Ta gue mohon sama lo, lo balik ke Toro. Toro cinta nya sama lo bukan sama gue. Semua udah beda ta. Apa lo tega liat Toro yang lagi terpuruk gini malah lo tinggalin? Apa cinta lo ke Toro selama ini palsu? Cukup gue aja ta yang tau lo kaya gimana, jangan sampe Toro tau sifat buruk lo!.” Ucap Riri dengan memohon.
“nah itu lo tau gue gimana. Lagian gue ga mau punya cowo buta!” balas Okta dengan tegasnya.
“gue janji kebutaan Toro ga bakalan lama. Gue bakalan cari orang yang mau iklasin matanya buat Toro. Lo harus janji bakalan balik lagi ke dia dengan sayangyg tulus bukan palsu.” Ucap Riri yang kemudian pergi meninggalkan Okta.

Riri pergi dari rumah sakit, pulang ke rumah, dan mengurungkan diri di dalam kamar.
Dia menulis disebuah buku kecil miliknya, dengan tangisan, dengan kesedihan.
“ketika orang yang kita sayangi lebih membutuhkan orang lain padahal kita yang selalu ada disampingnya apa yang terasa? Jika kita benar-benar mencintai nya maka kita akan membantunya. Walau hati terasa berat, walau hati terasa sakit, dan walau hati berkata ‘tak mampu’. Hati terasa telah tiada karena hati ini hanya bisa berkata ‘aku sayang dia’. Aku akan membuatnya bahagia sebelum aku tiada, sebelum aku berada di tempat yang berbeda. Karena sakit yang kurasa adalah cintaku pada nya. Kini aku telah kehilangan dirinya juga cinta nya.”

Pada keesokan nya Riri tidak masuk sekolah, entah apa yang terjadi pada nya.

“Riri kemana sih? Padahal gue mau ngasih tau kalo Toro udah bisa ngeliat. Ada orang yang ngedonorin matanya buat Toro. Nomernya Riri juga ga aktif masa.” Ucap Delia dengan wajah polos.
“iya? Siapa orangnya? Baik banget yah dia.” Tanya dira dengan wajah heran.
“ya gatau. Gue Cuma dapet kabar gitu doang.” Balas delia.

Satu hari setelah kabar tentang Toro yang sudah bisa melihat telah menyebar kemana-mana, termasuk Okta telah mengetahuinya. Okta berusaha agar bisa kembali pada Toro. Tapi sayangnya Toro sudah muak dengan Okta, muak dengan segala-gala nya yang ada di okta.

Saat Toro akan keluar dari rumah sakit, ia sempat bertanya pada seorang dokter yang mengoprasi matanya.
“dok saya mau tau siapa orang yang mendonorkan matanya untuk saya.” Ucap Toro dengan wajah penasaran.
“maaf pendonornya tidak mengizinkan saya untuk memberitahu kan nya kepada siapa pun. Dia hanya menitipkan surat ini untuk anda.” Balas dokter lalu pergi meninggalkan Toro.

Dan ketika Toro membacanya……..
“Hai kaka. Gimana kabar mata aku dikaka? Jaga baik-baik ya ka. Soalnya didalam mata itu tersimpan semua yang dulu terlihat tentang kita, kita waktu masih bersamaJ. Mungkin setelah kaka baca surat ini kaka ingin bertemu aku, tapi maaf ya ka setelah kaka baca surat ini aku udah di tempat yang berbeda. Aku memberikan mata itu untuk kaka karena aku ga mau kaka tersiksa lebih lama. Kaka tau rasanya jadi aku? Sakit ka, banget! Tapi aku selalu berdoa agar kaka ga akan pernah ngerasain itu. Cukup aku yang ngerasain itu ka. Emang sakit, tapi semua rasa sakit itu tak lebih besar dari rasa cinta aku ke kaka. Aku lebih milih meratiin, menjaga, dan mencintai kaka dari kejauhan. Itu pilihan aku meski semua akan terasa lebih sakit. Aku tetap berada disampingmu ka, bersama cintaku. Jaga mataku walau kau akan menggunakan nya untuk menatap mata orang lain, aku iklas karena aku mencintaimu. I love you! J”

Toro meneteskan air mata lalu tersenyum. Penyesesalan muyngkin yang tengah dirasakannya. Ia hanya menghela nafas dan tersenyum dengan tetesan air mata. Kemuadian berjalan meninggalkan rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar