“yah gimana nih, ini motornya Toro.” Ucap Riri dengan panik.
Sore
itu Riri bersama Alya dan Yaya dating ke sekolahnya untuk melihat
ekskul suffle. Namun Toro ternyata ada disekolah itu, dia berlatih dan
mengajar taekwondo di sekolah itu.
Bella, dia adalah teman dari Riri.
“bel ada Toro didalem kelas?” ucap Riri dengan takut.
“iya ada, ini handphone nya sama gue.” Balas bella.
“sinih hp nya gue mau liat-liat isinya, plis bel.” Balas Riri dengan memohon.
Akhirnya
handphone Toro ada ditangan Riri. Dan sungguh kecewanya dia saat
membaca semua massage di hp Toro. Semua berisi massage dari perempuan.
Perempuan lain selain Riri, termasuk massage dari okta. Okta adalah
seorang perempuan yang saat ini sangat dekat dengan Toro. Riri hanya
terdiam, sedih, kecewa, kesal, marah, ingin menangis tapi semua tertahan
oleh rasa yang dimiliki nya kepada Toro.
“ri mana hp nya? Udah ditanyain tuh, nanti dia marah sama gue.” Ucap bela dengan ketakutan.
“iya tunggu sebentar.” Balas Riri dengan mata berkaca-kaca.
Toro
telah berada di depan kelas menunggu hp nya. Bella sibuk ketakutan Toro
akan marah pada nya. Tapi Riri yang berada diruangan BK, yang tidak
terlihat oleh pandangan Toro tiba-tiba menampakan dirinya dihadapan Toro
dan memberikan hp itu kepada bela.
Riri berlari menuju kantin
sekolah. Cepat, sangat cepat, menahan semua rasa emosinya, menahan hati
yangtergores, menahan bendungan air matanya yang sudah tak sanggup ia
bendung lagi.
Toro kaget dengan kejadian itu. Ia cepat pergi meninggalkan sekolah itu.
Dan
ketika Toro telah pergi, Riri dan teman-teman nya menghampiri Bella dan
Ka Atika, seseorang kakak kelas Riri untuk bertanya apa yang dikatakan
Toro setelah kejadian itu.
“bel Toro bilang apa?” ucap bella dengan lemah dan tatapan kosong.
“dia bilang dia lemes pas tau hp nya ada di lo, dia marah sama gue.” Ucap bella dengan panik.
“Tuhan mungkin udah ngerencanain semua ini buat gue.” Balas Riri dengan penuh senyuman dan mata yang berkaca-kaca.
“yaudahlah diemin aja, cari yang lain.” Balas Yaya dengan kesal.
“Iya, Toro emang kaya gitu kali. Udahlah masih banyak yang lain, kaya cowo Cuma 1 satu aja.” Ikut ka Atika membalas.
“Iya Ri dia itu orangnya sama kaya yefta. Satu spesies. Jago gombal.” Ucap bella.
“udah berdoa aja semoga karma bakalan nunjukin apa yang lo rasain Ri.” Ucap Alya dengan diakhiri senyuman.
Riri hanya terdiam, merundukan wajah yang telah terbanjiri oleh air mata.
Hari semakin sore. Riri dan yang lain nya memutuskan untuk meninggalkan sekolah.
Keesokan
harinya saat disekolah Riri kelihatan murung, mata yang sembab karena
terlalu banyak menangis, dan lemah seperti orang tak benyawa.
Bagaimana
tidak, seseorang yang dia cintai melakukan hal itu kepadanya,
bermesraan dengan perempuan lain. Ini bukan pertama kalinya Riri
mengalami sakit hati karena Toro, mungkin ini sudah ke yang sekian kali
nya untuk Riri.
Toro memang bukan siapa-siapa Riri saat ini, hanya
seorang mantan kekasih. Riri memang yang salah karena masih
mengharapkan Toro. Tapi Riri masih mempunyai janji kepada Toro sebelum
mereka mengakhiri hubungannya sebagai kekasih, janji untuk tetap setia
pada Toro sampai ia lulus SMA. Riri memang selalu ingat pada janji itu,
selalu dan takan pernah terlupa!
“Riri yang gue tau adalah Riri yang ceria, jail, dan suka tersenyum. Bukan riri yang kaya gini.” Ucap Rida dengan semangat.
Hari itu Riri memang sangat buruk, sangat berbeda.
Air
mata selalu membasahi wajahnya, tangan nya bergetar, jantung berdetak
kencang, dan suara tangisan kecil nya yang selalu tertahan.
Dengan suara seperti orang yang kian lama kian habis Riri mengatakan
“Cinta
yang pertama buat gue adalah Toro. Sesuatu yang indah buat gue adalah
Toro. Gue lagi mencoba belajar untuk tetap ngertiin dia. Ngerti dan
belajar nerima sifatnya. Gue mungkin bego karena masih setia sama dia,
tapi selagi gue mampu gue berusaha, selagi kata sayang masih ada, gue
tetep ada buat dia. Kita ga perlu pergi ninggalin orang yang kita sayang
kalo emang hati berkata “tak sanggup”. Selagi masih mampu kenapa kita
ga mencoba untuk tetap bertahan?. Gue bakalan selalu ada buat dia,
walaupun hati gue bakalan bener-bener ilang karnanya. Gue iklas! Iklas
walaupun dia bukan sama gue!.” Ucap Riri dengan diakhiri senyuman kecil.
Rida
hanya terdiam setelah mendengar itu, begitupun anak-anak yang ada
dikelas tersontak diam. Tak ada suara sepelan apapun setelah jawaban
Riri terlontarkan.
Semakin hari Riri semakin bisa menerima
kepergian Toro, karena setelah kejadian itu Riri dan Toro lost contact.
Toro memutuskan untuk mendiamkan Riri, sedangkan Riri orang yang
tersakiti masih berusaha agar semua kembali dan memaafkan Toro dengan
mudahnya.
Riri tersenyum walau sebenarnya itu adalah tangisan.
“alhamdulilah
yah lo sekarang udah ga pernah nangis ataupun murung lagi. Senyum
terus. Sesuatu banget loh.” Ucap seorang teman kelasnya yang bermaksud
untuk mengejeknya.
“terpuruk dalam kesedihan boleh, selama apapun
itu. Tapi ga selamanya lo tunjukin kesedihan lo ke semua orang. Biar
ornag lain hanya tau tersenyum bahagia setiap harinya, biar mereka tau
lo itu kuat. Walau sebenernya hati lo rapuh, sunyi, sedih, kecewa. Cukup
hati dan Yang menciptakan hati lo yang tau sebenernya.” Jawab Riri
dengan penuh senyuman.
Pagi itu pagi yang cerah, indah.
Riri tak pernah seceria hari ini, hingga sepanjang hari ia selalu
tersenyum, bercanda riang, dan menikmati dunia ini tanpa Toro dipikiran
nya.
Dan ketika keesokan harinya Riri mendengar kabar buruk tentang Toro. Toro kecelakaan!
Riri terburu-buru menuju rumah sakit setelah mendengar kabar itu.
Dan ketika ia sampai di rumah sakit, di ruang tempat Toro dirawat…………..
“maaf ka aku baru jenguk kaka, aku baru tau.” Ucap Riri dengan cemas.
“ini siapa? Okta?” balas Toro dengan wajah penasaran.
Riri terdiam heran dengan jawaban itu. Terpikir sejuta pertanyaan apa yang terjadi pada Toro.
“Toro
buta! Sekarang ia hanya bisa menunggu seseorang berhati malaikat yang
mengiklaskan matanya untuk Toro.” Ucap seseorang yang baru masuk dari
luar.
Kaget, sedih, tidak tega, ingin menjerit, ingin
menangis, dan ingin berlari menyendiri. Itu yang dirasakan Riri setelah
mendengar itu.
Toro semakin bertanya-tanya siapakah orang yang ada dihadapan nya.
Riri tersontak memeluk Toro lalu mengatakan
“jika
kamu ingat akan pelukan ini maka kamu akan tau siapa aku. Aku selalu
disamping mu ka.” Ucap Riri dengan diiringin tetesan air mata.
Toro hanya terdiam, tak berbicara apapun.
Keesokan
harinya saat Riri berjalan untuk menjenguk Toro, tak jauh dari ruangan
itu ia bertemu dengan Okta bersama seorang laki-laki yang berjalan
disampingnya.
Riri hanya melirik okta lalu melanjutkan perjalan ke ruangan Toro.
Dan
setelah sampai diruang Toro, ternyata Toro hanya sendiri diruangan nya.
Memecahkan dan meruntuhkan segala yang ada di dekat nya, berteriak
seperti orang kerasukan, dan wajah yang telah dibasahi oleh air mata.
“ka kamu kenapa?” Tanya Riri dengan lemah dan dengan mata yang berkaca-kaca.
“Okta
ninggalin aku. Dia pergi dan lebih milih cowok lain karena aku buta.
Aku benci, kenapa Tuhan ngabuat aku kaya gini.” Balas Toro dengan suara
kasar penuh emosi.
“kaaaa….” Riri membalasnya dengan suara kecil dan lemah kemudian memeluk Toro sambil menangis.
“aku
tau ini berat buat kaka. Ini mungkin cara Tuhan biar kaka lebih
menghargai apa yang udah kaka milikin. Kaka cinta sama Okta? Aku bakalan
berusaha semampu aku biar dia balik lagi ke kaka kalo itu yang kaka
mau. Kaka cukup sabar aja. Pasti nanti aka ada seseorang yang
mengiklaskan matanya untuk kaka. Aku tau kaka bisa.” Ucap Riri dengan
disertai tangisan kecil.
Seketika itu Riri melepaskan
pelukan nya, pergi meninggalkan Toro, dan keluar dari ruangan itu untuk
mengejar Okta yang mungkin belum berjalan terlalu jauh.
“Ta
gue mohon sama lo, lo balik ke Toro. Toro cinta nya sama lo bukan sama
gue. Semua udah beda ta. Apa lo tega liat Toro yang lagi terpuruk gini
malah lo tinggalin? Apa cinta lo ke Toro selama ini palsu? Cukup gue aja
ta yang tau lo kaya gimana, jangan sampe Toro tau sifat buruk lo!.”
Ucap Riri dengan memohon.
“nah itu lo tau gue gimana. Lagian gue ga mau punya cowo buta!” balas Okta dengan tegasnya.
“gue
janji kebutaan Toro ga bakalan lama. Gue bakalan cari orang yang mau
iklasin matanya buat Toro. Lo harus janji bakalan balik lagi ke dia
dengan sayangyg tulus bukan palsu.” Ucap Riri yang kemudian pergi
meninggalkan Okta.
Riri pergi dari rumah sakit, pulang ke rumah, dan mengurungkan diri di dalam kamar.
Dia menulis disebuah buku kecil miliknya, dengan tangisan, dengan kesedihan.
“ketika
orang yang kita sayangi lebih membutuhkan orang lain padahal kita yang
selalu ada disampingnya apa yang terasa? Jika kita benar-benar mencintai
nya maka kita akan membantunya. Walau hati terasa berat, walau hati
terasa sakit, dan walau hati berkata ‘tak mampu’. Hati terasa telah
tiada karena hati ini hanya bisa berkata ‘aku sayang dia’. Aku akan
membuatnya bahagia sebelum aku tiada, sebelum aku berada di tempat yang
berbeda. Karena sakit yang kurasa adalah cintaku pada nya. Kini aku
telah kehilangan dirinya juga cinta nya.”
Pada keesokan nya Riri tidak masuk sekolah, entah apa yang terjadi pada nya.
“Riri
kemana sih? Padahal gue mau ngasih tau kalo Toro udah bisa ngeliat. Ada
orang yang ngedonorin matanya buat Toro. Nomernya Riri juga ga aktif
masa.” Ucap Delia dengan wajah polos.
“iya? Siapa orangnya? Baik banget yah dia.” Tanya dira dengan wajah heran.
“ya gatau. Gue Cuma dapet kabar gitu doang.” Balas delia.
Satu
hari setelah kabar tentang Toro yang sudah bisa melihat telah menyebar
kemana-mana, termasuk Okta telah mengetahuinya. Okta berusaha agar bisa
kembali pada Toro. Tapi sayangnya Toro sudah muak dengan Okta, muak
dengan segala-gala nya yang ada di okta.
Saat Toro akan keluar dari rumah sakit, ia sempat bertanya pada seorang dokter yang mengoprasi matanya.
“dok saya mau tau siapa orang yang mendonorkan matanya untuk saya.” Ucap Toro dengan wajah penasaran.
“maaf
pendonornya tidak mengizinkan saya untuk memberitahu kan nya kepada
siapa pun. Dia hanya menitipkan surat ini untuk anda.” Balas dokter lalu
pergi meninggalkan Toro.
Dan ketika Toro membacanya……..
“Hai
kaka. Gimana kabar mata aku dikaka? Jaga baik-baik ya ka. Soalnya
didalam mata itu tersimpan semua yang dulu terlihat tentang kita, kita
waktu masih bersamaJ. Mungkin setelah kaka baca surat ini kaka ingin
bertemu aku, tapi maaf ya ka setelah kaka baca surat ini aku udah di
tempat yang berbeda. Aku memberikan mata itu untuk kaka karena aku ga
mau kaka tersiksa lebih lama. Kaka tau rasanya jadi aku? Sakit ka,
banget! Tapi aku selalu berdoa agar kaka ga akan pernah ngerasain itu.
Cukup aku yang ngerasain itu ka. Emang sakit, tapi semua rasa sakit itu
tak lebih besar dari rasa cinta aku ke kaka. Aku lebih milih meratiin,
menjaga, dan mencintai kaka dari kejauhan. Itu pilihan aku meski semua
akan terasa lebih sakit. Aku tetap berada disampingmu ka, bersama
cintaku. Jaga mataku walau kau akan menggunakan nya untuk menatap mata
orang lain, aku iklas karena aku mencintaimu. I love you! J”
Toro
meneteskan air mata lalu tersenyum. Penyesesalan muyngkin yang tengah
dirasakannya. Ia hanya menghela nafas dan tersenyum dengan tetesan air
mata. Kemuadian berjalan meninggalkan rumah sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar